Contoh PTK Media Inovatif IPA untuk memberikan pengetahuan awal siswa

PEMBERIAN PENGETAHUAN AWAL MELALUI KARTU KUARTET KONSEP ASAM BASA DAN GARAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP PLUS AL-AMANAH
Oleh : Hati Nurahayu, S.Pd
SMP PLUS AL-AMANAH
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP Plus Al-Amanah pada konsep asam, basa, dan garam. Sebelumnya siswa diberikan kartu kuartet sebagai media pemberian pengetahuan awal setiap pembelajaran. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII B yang terdiri atas 19 orang siswa dan satu orang guru. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan guru IPA bersama peneliti. Metoda mengajar yang digunakan selama pembelajaran setiap siklus, yaitu metoda ceramah, praktikum dan diskusi. Data diperoleh melalui tes awal siswa setelah diberikan kartu kuartet, Aktivitas observasi (Unjuk kerja) siswa dan aktivitas (ketercapaian) guru selama pembelajaran tiap siklus, pre tes dan post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa (indeks gain) setiap siklus, beserta angket respon siswa selama diberikan kartu kuartet dan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Alat evaluasi hasil belajar yang digunakan berupa tes pilihan ganda untuk menjaring peningkatan hasil belajar siswa mengenai konsep asam, basa, dan garam. Berdasarkan hasil analisis pembelajaran dengan diberikan kartu kuartet setiap sebelum pembelajaran dimulai, terjadi peningkatan pengetahuan awal siswa sebesar 18 angka, yaitu 42(siklus I) dan 60(siklus II). Aktivitas (unjuk kerja) siswa terjadi peningkatan sebesar 9%, yaitu 71% (siklus I) dan 80% (siklus II). Aktivitas (ketercapaian) guru dalam pembelajaran terjadi peningkatan sebesar 21%, yaitu 62% (siklus I) dan 84% (siklus II) peningkatan sebesar 22%. Hasil Belajar (Indeks Gain) sebesar 0.39 (siklus I) dengan kategori Rendah menjadi 0.51 (siklus II) kategori Sedang, sehingga peningkatan setiap siklus sebesar 1.4. Sedangkan rata-rata respon siswa bertanggapan positif terhadap kartu kuartet sebesar 77%. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan media kartu kuartet sebelum pembelajaran yang dilaksanakan diasrama yaitu : dapat mengenal banyak hal tentang asam, basa, dan garam, sebagai sarana hiburan santri yang tinggal di pesantren, mempermudah memahami pelajaran kimia, serta menambah kekompakan dan keakraban dengan siswa lainnya. Jadi dengan diberikan media kartu kuartet sebagai informasi awal setiap pembelajaran konsep asam, basa, dan garam ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Media Kartu kuartet, asam basa dan garam, Hasil Belajar.

Konsep kimia yang dibelajarkan di SMP masih bersifat dasar. Oleh karena itu belajar kimia akan lebih menarik minat siswa jika penyajian bersifat konkrit dan melibatkan siswa secara aktif baik secara mental maupun secara fisik.
Dalam Sales kit Mizan Dian Semesta 2008 : 3, dikatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi penting dalam hidup. Dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Berkat kemampuan dalam penelitian otak, kita tahu bahwa dalam membaca cerita bagi anak mempunyai manfaat intelektual, emosional, dan fisik yang dapat meningkatkan perkembangan anak. Dengan tumbuh dan berkembangnya minat baca pada diri anak, minat belajarnya pun akan menjadi tinggi. Salah satu cara meningkatkan minat baca anak dapat dilakukan dengan cara penyajian bacaan yang menarik.
SMP PLUS Al-Amanah merupakan sekolah yang memiliki kurikulum diknas dengan kurikulum yayasan. Para siswa ditekankan mengikuti pembelajaran yayasan maupun diknas, sehingga waktu mereka cukup padat dan membuat kejenuhan dalam belajar. Peneliti selalu mengamati bahwa siswa tidak memiliki pengetahuan awal atau persiapan membaca ketika mengikuti pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami dalam setiap pembelajaran dan hanya menerima dari apa yang guru sampaikan. Berbeda dengan anak yang sudah membaca mereka lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Peneliti memiliki keinginan untuk memberikan pengetahuan awal kepada siswa untuk membaca terlebih dahulu dengan cara yang menarik, yaitu ditugaskan bermain kartu kuartet. Media kartu kuartet berisikan tentang konsep asam, basa dan garam yang disajikan secara menarik, sehingga siswa dapat bermain sambil belajar dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas mereka sehari-hari serta membelajarkan siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya karena penggunaan kartu kuartet harus dilakukan secara berkelompok.
Dengan menggunakan kartu kuartet ini sebelum pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang akan disampaikan guru. Sebagaimana menurut Rusyan et.al (1994: 23-24) bahwa faktor kesiapan belajar akan membuat kegiatan dalam belajar lebih mudah dan berhasil. Faktor kesiapan ini erat kaitannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
Tujuan penelitian ini adalah
1). Memberikan pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan memberikan media kartu kuartet.
2). Mengetahui peranan media kartu kuartet terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia di SMP Plus Al-Amanah.
3). Memberikan permainan bermain sambil belajar yang dilakukan diluar pembelajaran sehingga mengakrabkan antar siswa.

METODE
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Definisi Operasional
a. Kegiatan belajar mengajar pada setiap siklus: siswa diberikan tugas untuk bermain kartu kuartet terlebih dahulu sebelum pembelajaran dikelas dimulai dengan mengisi lembar kartu bermain kuartet. Setiap pembelajaran yang dilakukan dikelas menggunakan metoda ceramah, praktikum dan diskusi.
b. Hasil belajar yang diperoleh berasal dari skor pre test (tes awal) untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum pembelajaran dimulai setelah bermain kartu kuartet. Sedangkan skor post test (tes akhir) diberikan setelah pembelajaran untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep asam, basa, dan garam.
c. Metoda pembelajaran yang digunakan selama penelitian untuk setiap siklus adalah metoda ceramah, dilanjutkan dengan praktikum dan diskusi

2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan proses belajar mengajar kimia. Peneliti adalah sebagai pengajar dan yang menjadi pengamat adalah rekan mengajar IPA sebanyak satu orang. Penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus. Waktu penelitian dilakukan pada hari sabtu tanggal 12,19,dan 26 bulan September 2009..

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP PLUS Al-Amanah. Di SMP Plus Al-AmanahTerpadu ini hanya memiliki dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A siswa banyak yang aktif dan tidak memiliki keheterogenan prestasi belajar, sedangkan kelas B siswa banyak yang diam dan memiliki keheterogenan prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti lebih memilih siswa kelas B dengan keheterogenan prestasi siswa yang dimiliki.

4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan meliputi : tes hasil belajar, observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran dan angket. Instrumen secara rinci adalah:
a. Tes hasil belajar
Tes ini digunakan untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep Asam, Basa, dan Garam, antara lain meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3), bentuk tes yang digunakan berupa pilihan ganda.
b. Observasi. Lembar observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa pada tiap siklus pembelajaran 1). Observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran berupa unjuk kerja selama pembelajaran berlangsung dari setiap siklus.2). Observasi terhadap guru untuk mengamati ketercapaian guru dalam mengajar yang didasarkan pada aspek-aspek pembelajaran.
c. Angket. Berupa pertanyaan untuk mrmperoleh respon siswa selama mengikuti pembelajaran asam, basa, dan garam. Dan memperoleh masukan bagaimana menyajikan media kartu kuartet yang menarik.

5. Analisis Data
Data yang diperoleh untuk mencari solusi dalam menentukan rencana tindakan yang akan diterapkan pada siklus berikutnya.










Bagan.2. Alur Analisis Data diadaptasi dari Indrawati (2001:31)
Secara rinci langkah-langkah dalam analisis data diuraikan sebagai berikut :
1. Pengelompokkan data. Data yang diperoleh dalam penelitian disusun menjadi data tes awal dan tes akhir sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung setiap siklus. Kekurangan diperbaiki pada siklus berikutnya.
2. Pengkodean. Setiap siswa yang termasuk kategori atas dan kelompok bawah diberikan kode yang tertentu dalam mengolah data agar lebih memudahkan dalam penulisan data.
3. Pemeriksaan keabsahan data. Untuk memperoleh data yang absah maka dilakukan beberapa tindakan antara lain :
a. Menggunakan cara yang bervariasi untuk memperoleh data yang sama.
b. Menggali data dari sumber yang berbeda, yaitu guru dan siswa.
c. Melakukan pengecekan ulang data yang telah dikumpulkan untuk kelengkapannya.
d. Melakukan pengolahan data dan analisis ulang dari data yang terkumpul.
e. Mempertimbangan pendapat para ahli, guna pengecekan akhir terhadap keabsahan data termasuk teman sejawat.
4. Pentabelan
Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel agar lebih memudahkan dalam membaca hasil pengambilan data untuk memperbaiki tahapan siklus berikutnya. Pentabelan dilakukan terhadap hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran dan kegiatan diskusi yang dilakukan diluar jam pelajaran, serta terhadap angket pendapat siswa serta penilaian terhadap guru ketika mengajar.
5. Analisis Hasil Ulangan (Tes awal dan tes akhir)
Analisis dilakukan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Siklus mana yang memiliki nilai tertinggi dan faktor apa yang menyebabkan peningkatan pembelajaran tersebut.
Penilaian peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus (Gain) dapat digunakan rumus dari Meltzer (2002 :126).
Skor post test – skor pre test
Gain =
Skor maks – skor pre test
Keterangan :
Post Test = Tes akhir setiap siklus
Pre Test = Tes awal setiap siklus
Nilai maksimum = nilai maksimum yaitu 100
Rentang normalisasi indeks gain kategori peningkatan hasil belajar sebagai berikut :
Rentang Kategori Peningkatan Hasil Belajar
0.80 – 1.00 Sangat Tinggi
0.60 – 0.79 Tinggi
0.40 – 0.59 Sedang
0.20 – 0.39 Rendah
0.20 – 0.19 Sangat Rendah
6. Penafsiran. Data yang telah disusun ditafsirkan berdasarkan teori dan observasi untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya.
7. Penyimpulan. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan data selisih tes setelah pembelajaran dalam kelas dan diskusi diluar jam pelajaran.

B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dilakukan secara bersiklus yaitu perencanaan ( yang diawali dengan refleksi awal), tindakan, pengamatan dan observasi-refleksi-evaluasi. Apabila dalam pelaksanaannya muncul masalah baru, maka peneliti dapat melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang sehingga penelitian membentuk siklus yang bobotnya makin sempurna (Indrawati et al, 2001:20)
Refleksi Tindakan menurut Indrawati et. al (2004 : 17) merupakan akhir suatu siklus penelitian. Refleksi merupakan suatu kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan penjelasan (eksplanasi) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian. Langkah-langkah refleksi :






3. Alur kegiatan refleksi yang akan peneliti lakukan pada setiap siklus
(diadaptasi dari Indrawati et. Al, 2004 :17)
C. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Prosedur atau langkah – langkah yang akan dilakukan dalam PTK mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993 : 48). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya kegiatan itu berlangsung terus, namun ada modifikasi pada tahap perencanaan yaitu perbaikan perencanaan.









D. Alur Penelitian






















Bagan 4 Alur Penelitian Tindakan kelas











HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Tiap Aspek PTK pada siklus I
No Aspek Penelitian Tindakan ke-1 Refleksi
1 Pengetahuan awal siswa
( setelah diberi media kartu kuartet) 42 - Pemberian media kartu kuartet minimal 2 hari sebelum pembelajaran agar siswa dapat memainkannya terlebih dahulu
- Alangkah baiknya setiap satu kelompok diberikan satu kartu kuartet agar mereka dapat memainkan media kartu kuartet dengan waktu yang cukup (tidak berebutan)
2 Aktivitas (Unjuk kerja) Siswa 71% - Pemberian tugas yang diberikan harus jelas sehingga siswa dapat melakukan percobaan dengan tepat waktu.

3 Aktivitas (ketercapaian) guru dalam pembelajaran 63% - Guru harus lebih cermat dalam memanfaatkan waktu dalam pembelajaran
- Apabila waktu yang digunakan tidak cukup untuk praktikum sebaiknya telah disediakan oleh guru sehingga efisien
4 Hasil Belajar (Indeks gain) 0.39 Kategori rendah

Tabel 2. Hasil Tiap Aspek PTK pada siklus II
No Aspek Penelitian Tindakan ke-II Refleksi
1 Pengetahuan awal siswa
(setelah diberi media kartu kuartet) 61 Media kartu kuartet disajikan lebih menarik lagi dan gambar sesuai dengan materi yang dibahas

2 Aktivitas
(Unjuk kerja) Siswa 80% Dipertahankan
3 Aktivitas (ketercapaian) guru dalam pembelajaran 84% Dipertahankan
4 Hasil Belajar (Indeks gain) 0.51 Kategori sedang

Tabel 3. Hasil Tiap Aspek PTK pada siklus I dan siklus II
No Data Siklus Peningkatan
I II
1 Pengetahuan awal siswa
(setelah diberi media kartu kuartet) 42 61 19
2 Aktivitas (Unjuk kerja) Siswa 71 % 80 % 9%
3 Aktivitas (ketercapaian) guru dalam pembelajaran 63 % 84 % 21%
4 Hasil Belajar (Indeks gain) 0.39 0.51 1.2



B. Pembahasan
Dari analisis hasil penelitian yang diperoleh baik hasil belajar maupun aktivitas belajar siswa dan ketercapaian guru dalam pembelajaran, beserta respon siswa yang diberikan kepada peneliti pada penggunaan kartu kuartet sebagai pemberian pengetahuan awal konsep asam basa dan garam, berikut adalah pembahasannya.

1. Pengetahuan awal siswa (setelah diberikan media kartu kuartet )
Berdasarkan hasil analisis skor tes awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui pengetahuan awal yang diterima siswa setelah memainkan media kartu kuartet yang dilakukan di asrama pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut :


Gambar. 1 Grafik perolehan pengetahuan awal siswa tiap siklus
Hasil pengetahuan awal siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 42 (siklus I) menjadi 61 (siklus II). Hal ini disebabkan pemberian media kartu kuartet jumlahnya sedikit yaitu sebanyak tiga set kartu kuartet untuk enam kelompok, sehingga siswa ada yang egois memainkan kartu kuartet terus menerus dengan kelompok lainnya sedangkan kelompok lain tidak kebagian bermain pada hari sebelum pembelajaran di mulai. Aktivitas di pesantren pada saat itu sangat padat berhubung bulan suci ramadhan, dan aktivitas siswa banyak difokuskan ke kegiatan pesantren pada saat diluar kegiatan sekolah. Peneliti mencoba memperbaiki dengan memberikan kartu kuartet untuk satu kelompok satu set kartu sehingga siswa dapat optimal memainkan kartu kuartet. Dari setiap option butir soal kita dapat melihat nomor yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Siswa yang tidak sempat memainkan kartu kuartet tidak dapat menjawab soal yang diberikan guru, sedangkan siswa yang telah memainkan kartu kuartet dapat menjawab beberapa soal yang diberikan.



Foto 1 aktivitas siwa menjawab tes awal untuk mengetahui pemahaman awal siswa setelah bermain kartu kuartet di asrama

Pada siklus I dibahas tentang pengujian asam, basa dan garam sedangkan siklus II tentang pembuatan kertas lakmus. Dari peningkatan pengetahuan awal ini kita dapat melihat manfaat dari media sebagai alat bantu meningkatkan kecerdasan anak Adapun menurut Kemp dan Dayton (dalam artikel Bawazir,19 juni 2008) bahwa manfaat media dalam proses pendidikan diantaranya: 1). kualitas belajar dapat ditingkatkan dalam membantu siswa menyerap pelajaran secara lebih mendalam dan utuh, siswa tidak hanya mendengar penjelasan pendidik, tetapi juga dapat melihat, menyentuh, merasakan, ataupun mengalaminya dengan konkrit; 2). Juga proses belajar mengajar tak terbatas waktu dan tempat. Media yang dirancang sedemikian rupa dapat memungkinkan siswa belajar dimana saja dan kapan saja tanpa tergantung pada sekolah maupun pendidik. Bahkan media yang telah dirancang secara audio visual memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.
Mainan edukatif salah satunya yaitu kartu kuartet dapat dijadikan sebagai media sarana bermain sambil belajar yang disajikan secara kreatif dan edukatif.

2. Aktivitas (unjuk kerja) siswa dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa pada pembelajaran siklus I mengenai konsep pengujian asam, basa, dan garam dan siklus II mengenai konsep pembuatan kertas lakmus tampak adanya peningkatan pada setiap siklus yang dapat kita lihat

Gambar 2 Grafik rata-rata persentase aktivitas (unjuk kerja siswa) selama pembelajaran.
Dari grafik 2 diatas rata-rata persentase aktivitas siswa, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas (unjuk kerja) sebesar 9% selama pembelajaran, yaitu sebesar 71 % (siklus I) dan 80 %( siklus II). Peningkatan aktivitas siswa ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membimbing siswa selama pembelajaran.

Foto 2 Aktivitas siswa mencelupkan kertas tissue ke ekstrak kunyit
(pembuatan indikator alami)

Selama pembelajaran siklus pertama tentang pengujian asam, basa, dan garam waktu yang ada sangat sedikit, awalnya 40 menit @ 1 jam pelajaran berubah menjadi 30 menit setiap jam pelajaran. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam pembelajaran yang telah disusun guru sebelumnya, sehingga rencana yang telah diatur menjadi tidak berjalan. Anak-anakpun merasa terburu – buru dengan waktu yang ada dan hal ini berpengaruh terhadap kinerja siswa. Dari kesalahan tersebut guru memperbaiki agar siswa lebih memahami dari pembelajaran yang mereka jalani dengan cara membawakan persediaan eksperimen yang telah disediakan oleh guru agar lebih efektif waktunya. Pada saat itu pembuatan kertas lakmus, larutan ekstrak dibuat guru di rumah sehingga siswa hanya menggunakan bahan yang telah disediakan guru. Siswa ditugaskan membuat laporan bagaimana cara membuat ekstrak kunyit untuk praktikum. Ternyata siswa sangat kreatif dalam menggambarkan proses pembuatan ekstrak kunyit untuk dijadikan bahan kertas indikator alami yang akan mereka buat.

Foto.3 Bahan praktikum yang telah disediakan guru untuk mengefektifkan waktu
Dalam upaya mengaktifkan siswa selama pembelajaran berlangsung, guru ditekankan dapat mengelola kelas dengan persiapan yang lebih matang. Menurut Uzer Usman (1995:10) kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor antara lain, guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.
3. Aktivitas (ketercapaian ) guru dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas (ketercapaian guru) selama PBM ada upaya perbaikan guru dalam membawakan pembelajaran dikelas. Kegiatan siklus ke dua menunjukkan bahwa keseluruhan tindakan guru sesuai dengan pembelajaran yang telah disusun, persentase peningkatan dapat kita lihat pada tabel 4.6. berikut ini.


Gambar 3 Grafik rata-rata persentase aktivitas (ketercapaian ) guru selama pembelajaran.
Selama pelaksanaan PBM kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat memahami dan menerima pelajaran dengan baik. Hasil observasi guru selama pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 21%, dari 63 % (siklus I) menjadi 83% (siklus II).
Pada siklus I guru mempunyai kekurangan pada saat kegiatan pembelajaran yaitu kemampuan dalam menggunakan media yang digunakan di laboratorium, teknik dan keterampilan bertanya kepada siswa, karena guru merasa terburu-buru dengan waktu yang sangat padat.
Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan pada siklus I, diantaranya dapat menimbulkan motivasi, pengaturan suara, mobilisasi posisi mengajar, relevansi penyajian dengan TPK, pembelajaran sesuai dengan TPK, strategi sesuai dengan pokok bahasan, dan cermat dalam memanfaatkan waktu (lampiran 6).
Selama Pembelajaran guru memiliki tanggung jawab agar anak didiknya dapat mengikuti PBM dengan baik sebagaimana menurut Usman (1995 : 6) mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.


4. Hasil Belajar (Indeks Gain)
Berdasarkan hasil analisis skor tes awal sebelumnya diberikan kartu kuartet dan tes akhir pada pembelajaran konsep asam, basa, dan garam setiap siklus, maka indeks gain (hasil belajar) dari setiap siklus dapat dilihat pada grafik 3.4 berikut: :

Gambar 4 Grafik perolehan indeks gain tiap siklus
Dari grafik 4 terdapat peningkatan nilai indeks gain sebesar 1.2, dari 0.39 kategori rendah (siklus I) menjadi 0.51 kategori rendah ( siklus II). Hal ini disebabkan berhubungan dengan media kartu kuartet dapat dijadikan sebagai informasi awal pada setiap pembelajaran, sehingga siswa minimal akan mengetahui materi apa yang akan mereka terima di kelas setelah bermain kuartet di asrama, dan hal ini dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

5. Angket respon siswa terhadap kartu kuartet dan pembelajaran
Angket digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui respon siswa selama menggunakan kartu kuartet bermain sambil belajar yang dilakukan di asrama secara berkelompok, sehingga siswa memiliki informasi awal dari materi yang akan mereka terima di kelas dan pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mereka di dalam kelas.
Respon siswa yang diperoleh dari angket dapat kita lihat tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4. Angket respon siswa terhadap kartu kuartet dan pembelajaran
No Pertanyaan Persentase (%)
1 Mempersiapkan terlebih dahulu pelajaran yang akan diterima 58
2 Yang menyenangi pelajaran IPA 89
3 Menyenangi pembelajaran yang dibawakan oleh guru 81
4 Pembelajaran menarik minat siswa 81
5 Kuartet yang dimainkan membantu dalam belajar di kelas 74

Adapun respon siswa yang diperoleh dari angket mereka mengemukakan manfaat kartu kuartet diantaranya : 1). Bisa mengenal banyak hal tentang asam, basa, dan garam; 2). Bermanfaat untuk pelajaran IPA; 3). Menghibur santri karena ada suasana bermain sambil belajar; 4). Dapat membantu dalam memahami pelajaran maupun menghafal; 5). Menambah imajinasi dengan cara bermain kuartet; dan 6). Melatih kekompakan dengan teman maupun keakraban dengan teman lainnya.

Foto 4 Bermain kartu kuartet diasrama
Kartu kuartet yang lebih menarik menurut mereka adalah pada saat pertemuan pertama sebesar 60 % dan pertemuan kedua sebesar 40%, karena pada pertemuan pertama disajikan gambar yang menarik. Kekurangan yang harus diperbaiki diusahakan menggunakan gambar agar menarik, tulisan gunakan huruf comic sans agar terasa membaca komik, dan penjelasannya dibuat menarik. Agar kuartet menarik : bacaannya jangan terlalu kecil dan warna yang tepat pada setiap penempatannya, hiasan dan gambar diperbanyak dan di berikan gambar yang lucu untuk seusia mereka.




























Manfaat kartu kuartet menurut mereka dalam menambah keakraban dengan teman sebesar 77 %, mereka yang pemalu jadi dapat bergaul dengan teman yang lainnya. Berdasarkan espon yang mereka kemukakan tersebut menunjukkan bahwa kartu kuartet yang digunakan dapat membantu mereka dalam pembelajaran karena informasi awal yang mereka peroleh dengan cara bermain sambil belajar dapat meringankan kejenuhan mereka dalam belajar. Mereka memberikan reaksi yang positif dari kartu kuartet ini dan mereka sangat menunggu adanya kartu kuartet dalam setiap pembelajaran.

Foto 5 Bermain kartu kuartet pelajaran yang dibuat guru ketika
guru berhalangan hadir
Kartu kuartet ini juga dapat bermanfaat bagi sekolah dalam menangani guru yang tidak hadir dan tanpa meninggalkan tugas dengan memberikan kartu kuartet di kelas. Hal ini akan lebih bermanfaat daripada tidak ada yang mengarahkan mereka dalam belajar. Seperti yang peneliti lakukan pada saat mengajar di sekolah lain di satu kelas tidak ada gurunya, peneliti memberikan kartu kuartet tersebut dikelas yang tidak ada gurunya, dan ternyata siswa mereka lebih terkondisikan dengan diberikan kartu kuartet bermain sambil belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan :
1. Ada peningkatan hasil tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang dimiliki sebelum pembelajaran seiring dengan usaha guru dalam memperbaiki langkah tindakan pada siklus ke II.
2. Berdasarkan hasil observasi aktivitas (unjuk kerja) siswa dan aktivitas (ketercapaian) guru dalam pembelajaran ada peningkatan pada siklus berikutnya, seiring dengan kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan pembelajaran yang sesuai dengan rencana tindakan.
3. Pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibantu dengan kartu kuartet yang diberikan dengan perbaikan dari siklus sebelumnya sehingga siswa memiliki kesiapan awal dalam belajar.
4. Media Kartu kuartet sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa sebagai informasi awal setiap pembelajaran yang akan guru sampaikan. Siswa merasa terhibur dengan adanya kartu kuartet karena memiliki manfaat bermain sambil belajar di kelas, selain itu dapat menambah kedekatan dengan siswa lain karena dilakukan secara berkelompok, mereka dapat bersosialisasi dengan teman lainnya.

B. Saran
Dalam rangka menindak lanjuti diadakannya kartu kuartet sebagai media informasi awal dalam setiap pembelajaran, beberapa saran diajukan sebagai berikut:
1. Kartu kuartet yang diberikan kepada siswa harus sudah benar-benar sesuai dengan materi yang akan disampaikan guru, sehingga kartu kuartet dapat membantu dalam pembelajaran materi.
2. Penggunaan kartu kuartet dapat digunakan pada saat pembelajaran di dalam kelas, tidak hanya dilakukan diluar pembelajaran seperti yang peneliti lakukan.
3. Bahan yang digunakan untuk kartu kuartet sedapat mungkin menggunakan bahan yang murah sehingga dapat dijangkau oleh guru.
4. Bagi sekolah khususnya SMP Plus alangkah baiknya mendukung guru dalam menemukan ide kreatif dalam pembuatan media kartu kuartet dan menyediakan kartu kuartet sebagai sarana media komunikasi dan hiburan antar siswa.



DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bawajir, D.(kamis, 19 Juni 2008). Peran Upaya Menigkatkan Kecerdasan Anak. Cirebon : Majalah Islam World.
Dahar, Ratna Willis (1998). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga..
Budi , K, dkk.(2007). IPA Untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta : Widya Utama
De Porter, dkk. (2000). Quantum Teaching. Bandung : Kaifa
Indrawati, dkk.(2001). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Resesarch).Bandung : Depdiknas.
Rusyan, T, dkk. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT Rosda Karya.
Soemanto, W. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sunarya, Y.(2000).Kimia Dasar 2. Bandung : Alkemi.
Usman, M U.(1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Rosda Karya,
Prasodjo,B, dkk. (2007) IPA Terpadu. Bogor : Yudhistira

Komentar